Minggu, 29 Maret 2009

ThinkQuest pembelajaran Abad ke 21

THINKQUEST KEAHLIAN ABAD

KE 21

Oracle Education Foundation adalah salah satu Yayasan Pendidikan

The Oracle Education Foundation adalah organisasi nonprofit yang didanai oleh Oracle.Missi adalah untuk membantu siswa,guru dan semua orang yang bekerja di bidang pendidikan dari semua latar belakang yang berbeda untuk mengembangkan keahlian yang dibutuhkan demi kesuksesan di abad 21. Yayasan tersebut sebagai layanan gratis kepada dinas pendidikan secara global yang menjangkau lebih kurang 375 000 siswa setahun.

ThinkQuest adalah sarana pembelajaran online yang aman yang dapat membantu guru untuk menggabungkan proyek pembelajaran kedalam kurikulum dalam kelas dan para siswa mengembangkan keahlian abad ke 21 .Para guru dan siswa secara umum dapat menggunakan sarana media online thinkquest untuk sarana informasi dan saling komunikasi,serta media pembelajaran online atau bahan ajar berbasis ICT dilingkungan sekolah seluruh Indonesia dari tingkatan SD,SMP dan SMA/SMK, bahkan antar Negara yang sudah bergabung didalam thinkquest seperti Singapore, Malaysia, Australia,Amerika,India,Thailand dll.

1. Manfaat Think Quest sebagai Media pembelajaran E-learning.

- ThinkQuest membantu guru dalam kegiatan proses belajar mengajar baik di dalam kelas maupun diluar kelas ( pengawasan guru dalam 24 jam )

- Didalam kelas, guru dan siswa bisa berinteraksi secara langsung dalam menyelesaikan problem solving: contoh soal-soal matematika.

- menggunakan thinkquest sebagai media instruksi kegiatan belajar mengajar

- Diluar kelas, siswa dapat mengerjakan PR atau bilamana guru berhalangan hadir karena tugas/sakit/ dll, maka dari guru bisa menggunakan thinkquest sebagai media instruksi kegiatan belajar mengajar.

- Alat media informasi dan komunikasi antara guru dan siswa secara pribadi yang mengalami kesulitan belajar mis : Siswa tersebut belum tuntas dengan nilai SAS, sehingga siswa harus mengerjakan sendiri.Dan juga digunakan oleh guru untuk berinteraksi dengan orangtua/ wali.

- Jaringan kolaborasi belajar dan mengajar antar siswa dengan siwa, guru dengan guru, sekolah dengan sekolah di seluruh dunia.

- Library yang ada dalam thinkquest merupakan hasil dari kreatifitas siswa di seluruh dunia dalam bentuk website dan narratif, dapat membantu guru dan siswa menggali informasi dan menambah wawasan pengetahuan.

- Lomba, yang diadakan setiap tahun memotivasi siswa dan guru untuk mendapatkan hadiah grant untuk sekolah yang bersangkutan,dan untuk para juara masing-masing anggota team mendapatkan laptop, dan trip perjalanan ke San Fransisco.

2. Sosialisasi ThinkQuest /Pembudayaan ThinkQuest

Tujuan : Membudayakan cara belajar sesuai dengan pembelajaran secara online atau internet

Pertimbangan : Masih banyak kalangan pelajar menggunakan internet hanya sebagai media hiburan,media mencari teman,media mencari informasi,dll. Namun masih belum maksimal menggunakan internet sebagai media pembelajaran secara online atau e-learning

3. Project down load ata upload, Dalam proyek ini apapun media program applikasi dapat dilakukan proses down load atau upload contoh Ms.Office, program aplikasi multimedia dll.Contoh guru matematika dapat membuat naskah soal dalam dokumen mircrosoft word, guru geografi dapat menampilkan file video peta dunia dalam program google earth,guru sejarah dapat menampilkan file video sejarah perjuangan bangsa Indonesia pada masa perang kemerdekaan, guru kimia dapat menampilkan file video cara praktek yang benar dalam larutan kimia, guru TIK dapat membuat tugas praktek Ms.Word, Ms.Excel,menampilkan file video ,cara merakit computer,cara install program Microsoft windows. Guru Bahasa Asing dapat menampilkan file video pembelajaran bahasa Asing .

4. Penggunaan ThinkQuest ;

Dari tingkat SD,SMP,SMA/SMK

- untuk siswa sekolah dasar minimal diperkenalkan thinkquest usia minimal 9 tahun ; siswa diharapkan dapat menulis,membaca dan berkomunikasi dengan orang lain melalui thinkquest.Bisa digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler

- untuk siswa SMP : siswa diharapkan dapat menulis, membaca, menggambar serta berkomunikasi dengan orang lain melalui thinkquest.Guru bidang studi sudah bisa menggunakannya.

- untuk siswa SMA / SMK : siswa diharapkan dapat menggunakan seluruh aplikasi dan projek yang ada didalam thinkquest.Semua bidang studi pembelajaran bisa menggunakan thinkquest.

5. Faktor Kendala

- untuk siswa sekolah dasar; banyak siswa masih belum bisa menggunakan komputer dan serta tidak memadainya komputer di sekolah.Guru / admin thinkquest perlu ekstra- aktif dalam membantu siswa.

- untuk siswa SMP; tidak memadainya komputer di sekolah dan guru – guru belum semua menggunakan IT.

- untuk siswa SMA / SMK ; belum semua guru-guru mengetahui apa dan bagaimana pemanfaatan thinkquest sebagai media pembelajaran online atau e-learning

- Secara umum belum banyak sekolah dari SD sampai SLTA yang terhubung dengan internet.

6. Menu Pilihan

7. Download E-learning

8. Evaluasi

Soal Evaluasi dapat juga dibuat proyek downloadnya pada thinkquest sehingga siswa dapat mengukur kemampuan belajarnya

9. Pembudayaan ThinkQuest di sekolah.

Kepala Sekolah mendukung dan memahami serta dapat menggunakan ThinkQuest program,dan diharapkan kepala sekolah memberikan surat tugas kepada guru-guru dilingkungan sekolah untuk :

- pelatihan thinkquest di sekolah masing-masing ( rayon / sanggar )

- menugaskan guru membuat projek yang siswa kerjakan dalam media pembelajaran thinkquest e-learning. alamat http://www.thinkquest.org/

Kamis, 19 Maret 2009

Pengajaran Bahasa Inggris: Pengajaran Bahasa Inggris

Pengajaran Bahasa Inggris: Pengajaran Bahasa Inggris

Kemampuan berbahasa Inggris bukan hanya merupakan salah satu kemampuan yang sangat menentukan dalam memperoleh lapangan kerja akhir-akhir ini,tetapi juga kewajiban memahami bahasa Inggris dari segi interaksi antar bangsa.inilah yang mendasari munculnya berbagai macam kursus Bahasa Inggris di seluruh wilayah Indonesia. Terlepas dari bagaimana sesungguhnya mutu dari kursus-kursus Bahasa Inggris yang ada di Indonesia ini, tersirat suatu keadaan yang memprihatinkan yaitu kurang baiknya mutu hasil pengajaran Bahasa Inggris di sekolah-sekolah.

Mengapa penulis mengambil kesimpulan demikian? Tentunya bukan tanpa dasar. Secara logika, kita dapat mengajukan argumentasi bahwa tidak mungkin kursus-kursus Bahasa Inggris sedemikian menjamur di Indonesia jika hasil pengajaran Bahasa Inggris di sekolah ternyata memuaskan. Jika demikian halnya, maka kursus Bahasa Inggris yang ada hanyalah yang ditujukan untuk kepentingan-kepentingan khusus seperti untuk memperoleh sertifikat TOEFL, IELTS, dan lain-lain serta bukan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari. Tapi kenyataannya, mayoritas kursus Bahasa Inggris yang ada adalah yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari, bukan untuk tujuan-tujuan lain.

Keadaan ini tentunya menimbulkan masalah. Bagi para siswa yang datang dari keluarga menengah ke atas, masalah kesulitan berbahasa Inggris ini dapat diatasi dengan mudah. Mereka tinggal menunjuk kursus Bahasa Inggris mana saja yang mereka suka dan mulai belajar. Tetapi, bagaimana halnya dengan para siswa yang berasal dari kalangan bawah? Hal ini tentunya merupakan kesulitan tersendiri karena, kadang-kadang, jangankan untuk membayar uang kursus, untuk makanpun mereka masih harus mencari uang selepas sekolah. Lalu apa dampaknya? Tentu sangat jelas. Karena perusahaan-perusahaan papan atas yang ada di negara ini selalu mencantumkan persyaratan kemampuan berbahasa Inggris sebagai salah satu syarat untuk menjadi karyawan di perusahaan tersebut, maka hilanglah kesempatan para siswa yang berasal dari kalangan bawah ini untuk dapat masuk ke wilayah kerja yang dapat memberikan penghasilan yang lebih besar. Mereka akhirnya hanya dapat bekerja di perusahaan-perusahaan kecil yang tidak mensyaratkan kemampuan berbahasa Inggris dengan gaji yang sangat jauh tingkatannya dengan perusahaan asing. Dengan demikian, taraf kehidupan mereka tentunya tidak akan jauh berbeda dengan taraf kehidupan orang tua mereka sebelumnya.

Dengan memandang alasan-alasan tersebut di atas, apakah kita sebagai guru Bahasa Inggris tidak tergerak untuk berupaya meningkatkan kemampuan siswa berbahasa Inggris melalui pelajaran Bahasa Inggris di sekolah? Sebagai kalangan yang sering disebut-sebut sebagai Pahlawan tanpa Tanda Jasa, sangatlah tidak layak jika kita ingin dianggap sebagai pahlawan tetapi tidak berupaya untuk memajukan siswa-siswa kita. Di tengah-tengah munculnya fenomena segelintir guru-guru yang mengejar materi untuk kepentingan pribadi dengan memanfaatkan muridnya, marilah kita usik kembali jiwa pengabdian kita untuk berupaya meningkatkan hasil pengajaran Bahasa Inggris di sekolah agar siswa-siswa kita yang berasal dari kalangan bawah tidak semakin terpuruk dan tidak akan kalah dari siswa-siswa lain yang berasal dari kalangan berada.

Masalah-Masalah yang Timbul dalam Pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah Jika kita renungkan lebih dalam, adalah hal yang sangat luar biasa bahwa siswa yang telah belajar Bahasa Inggris selama minimal 6 tahun (sejak SMP) setelah lulus SMA masih tidak dapat berbicara dalam Bahasa Inggris, bahkan untuk memperkenalkan diri sendiri sekalipun. Disebut luar biasa karena jika siswa tersebut mengikuti kursus general english di suatu lembaga kursus dalam waktu yang sama, maka dapat dipastikan siswa sudah sangat mampu berbincang-bincang dalam Bahasa Inggris, bahkan mungkin sudah dapat memahami Bahasa Inggris untuk tingkatan drama, puisi, dan lain-lain. Jadi, mengapa hal ini bisa terjadi?

Berdasarkan hasil pengisian kuestioner yang penulis pernah buat pada tahun 1996 untuk tugas kuliah, terdapat beberapa masalah yang, menurut para siswa, menghambat mereka untuk menguasai Bahasa Inggris. Masalah-masalah tersebut adalah:

    1. Jarangnya guru berbicara dengan Bahasa Inggris di dalam kelas. Hal ini dirasakan menghambat oleh para siswa karena menurut mereka, mereka jadi tidak terbiasa mendengar orang lain berbahasa Inggris.
    2. Pelajaran terlalu ditekankan pada tata bahasa (dan bukan pada percakapan), tetapi siswa jarang diberi arahan mengenai bagaimana dan apa fungsi dari unsur-unsur tata bahasa yang mereka pelajari tersebut.
    Berdasarkan hasil kuestioner dan hasil tes pada para siswa, terlihat bahwa rata-rata siswa menguasai pola-pola tata bahasa Inggris (misalnya struktur untuk simple present tense, dan lain-lain) tetapi, SISWA TIDAK MENGETAHUI KAPAN STRUKTUR TERSEBUT HARUS DIGUNAKAN DAN BAGAIMANA PENGAPLIKASIANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI. Ini merupakan hal yang sangat luar biasa karena Bahasa Inggris, sama halnya seperti Bahasa Indonesia, akan lebih bermanfaat jika dapat digunakan dan diaplikasikan meskipun secara tata bahasa siswa tidak terlalu menguasainya. Bukan berarti bahwa pembelajaran tata bahasa ini tidak penting, tetapi perlu sekali teori-teori tersebut dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
    3. Kosa kata yang diajarkan tidak terlalu berguna dalam percakapan sehari-hari. Banyak siswa yang mengeluhkan bahwa kata-kata yang diberikan oleh guru Bahasa Inggris di sekolah terlalu bersifat teknis, misalnya mengenai industrialisasi, reboisasi, dan lain-lain, sementara siswa tetap saja mengalami kesulitan untuk mengartikan kata-kata yang banyak digunakan pada film, majalah, dan situs-situs internet berbahasa Inggris. Bahkan kadang-kadang, siswa sangat hapal istilah-istilah Bahasa Inggris untuk bidang politik (seperti misalnya reformation, globalization, dan lain-lain) tetapi tidak dapat menyebutkan benda-benda yang biasa mereka pakai sehari-hari dalam Bahasa Inggris (misalnya celengan, selokan, dan lain-lain). Beberapa kalangan siswa bahkan mengatakan bahwa dengan kosa kata seperti yang dipelajari di sekolah tidak mungkin siswa dapat memulai percakapan dengan orang asing dengan menggunakan Bahasa Inggris. Mungkin ada benarnya juga, tidak mungkin tentunya kita tiba-tiba mengajak orang yang baru kita kenal untuk mendiskusikan industrialisasi, misalnya.
    4. Materi pelajaran Bahasa Inggris di SMP dan SMU tidak berkesinambungan Para siswa menyatakan bahwa sering terjadi pengulangan materi (seperti misalnya tenses) yang telah diajarkan di SMP di tingkatan SMU, tetapi tetap saja fungsi dan pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari kurang jelas.

Jadi, sebagai seorang guru Bahasa Inggris, apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut? Banyak tentunya, karena diakui atau tidak, gurulah yang memegang kendali dalam pengajaran. Yang jelas, kita tidak boleh hanya menyalahkan pihak pemerintah (yang membuat kurikulum) saja tetapi akan lebih baik jika kita mengintrospeksi diri sendiri dan lebih menggali lagi potensi kita untuk mencari pendekatan yang lebih berhasil dalam mengajarkan Bahasa Inggris pada siswa di sekolah.

Kesimpulan dan Saran
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa masih banyak kendala yang harus dihadapi dalam upaya meningkatkan mutu hasil pengajaran Bahasa Inggris di sekolah. Untuk itu, penulis memiliki beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi para sesama pengajar Bahasa Inggris di Indonesia.

    1. Selalu pertahankan kemampuan kita bercakap-cakap dalam Bahasa Inggris agar kelancaran berbahasa tetap terjaga. Hal ini perlu karena dapat memotivasi murid-murid kita untuk dapat berbicara dengan lancar. Mungkin sulit sekali jika kita tidak pernah bertemu dengan orang yang juga dapat berbahasa Inggris. Oleh karena itu, penulis memiliki usul agar para guru Bahasa Inggris ini memiliki semacam klub (conversation club) untuk ajang bertemu dan bertukar pikiran antar sesama guru Bahasa Inggris di wilayah yang sama. Dengan demikian, keahlian kita dalam menggunakan Bahasa Inggris akan selalu tetap terjaga.
    2. Selalu menekankan fungsi dan aplikasi dari semua unsur tata bahasa yang kita terangkan kepada siswa. Pastikan bahwa siswa benar-benar mengerti kapan mereka harus menggunakan struktur tersebut.
    3. Berikan tambahan kosa kata yang akan bermanfaat untuk percakapan sehari-hari pada siswa dan perkenalkan siswa dengan majalah-majalah remaja berbahasa Inggris agar mereka menjadi gemar membaca dan memperoleh banyak tambahan kosakata dari majalah tersebut. Dengan demikian, siswa akan percaya diri jika harus bergaul dengan remaja asing yang berbahasa Inggris.
    4. Meskipun kita tidak memiliki kekuasaan untuk mengubah kurikulum, setidaknya pastikan bahwa pengulangan materi yang kita berikan merupakan pendalaman mengenai apa yang sudah dipelajari siswa dan bukan hanya mengulang tetapi tidak membuat siswa semakin bisa menerapkannya.

Jumat, 06 Maret 2009

Metode Pengajaran Bahasa Inggris

Metode pembelajaran Bahasa Inggris membutuhkan real communicative. Ada beberapa hal yang dipertimbangkan dibawah ini

1. Jarangnya guru berbicara dengan Bahasa Inggris di dalam kelas. Hal ini dirasakan menghambat oleh para siswa karena menurut mereka, mereka jadi tidak terbiasa mendengar orang lain berbahasa Inggris.

2. Pelajaran terlalu ditekankan pada tata bahasa (dan bukan pada percakapan), tetapi siswa jarang diberi arahan mengenai bagaimana dan apa fungsi dari unsur-unsur tata bahasa yang mereka pelajari tersebut.

Berdasarkan hasil kuestioner dan hasil tes pada para siswa, terlihat bahwa rata-rata siswa menguasai pola-pola tata bahasa Inggris (misalnya struktur untuk simple present tense, dan lain-lain) tetapi, SISWA TIDAK MENGETAHUI KAPAN STRUKTUR TERSEBUT HARUS DIGUNAKAN DAN BAGAIMANA PENGAPLIKASIANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI. Ini merupakan hal yang sangat luar biasa karena Bahasa Inggris, sama halnya seperti Bahasa Indonesia, akan lebih bermanfaat jika dapat digunakan dan diaplikasikan meskipun secara tata bahasa siswa tidak terlalu menguasainya. Bukan berarti bahwa pembelajaran tata bahasa ini tidak penting, tetapi perlu sekali teori-teori tersebut dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

3. Kosa kata yang diajarkan tidak terlalu berguna dalam percakapan sehari-hari. Banyak siswa yang mengeluhkan bahwa kata-kata yang diberikan oleh guru Bahasa Inggris di sekolah terlalu bersifat teknis, misalnya mengenai industrialisasi, reboisasi, dan lain-lain, sementara siswa tetap saja mengalami kesulitan untuk mengartikan kata-kata yang banyak digunakan pada film, majalah, dan situs-situs internet berbahasa Inggris. Bahkan kadang-kadang, siswa sangat hapal istilah-istilah Bahasa Inggris untuk bidang politik (seperti misalnya reformation, globalization, dan lain-lain) tetapi tidak dapat menyebutkan benda-benda yang biasa mereka pakai sehari-hari dalam Bahasa Inggris (misalnya celengan, selokan, dan lain-lain). Beberapa kalangan siswa bahkan mengatakan bahwa dengan kosa kata seperti yang dipelajari di sekolah tidak mungkin siswa dapat memulai percakapan dengan orang asing dengan menggunakan Bahasa Inggris. Mungkin ada benarnya juga, tidak mungkin tentunya kita tiba-tiba mengajak orang yang baru kita kenal untuk mendiskusikan industrialisasi, misalnya.

4. Materi pelajaran Bahasa Inggris di SMP dan SMU tidak berkesinambungan Para siswa menyatakan bahwa sering terjadi pengulangan materi (seperti misalnya tenses) yang telah diajarkan di SMP di tingkatan SMU, tetapi tetap saja fungsi dan pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari kurang jelas.

Jadi, sebagai seorang guru Bahasa Inggris, apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut? Banyak tentunya, karena diakui atau tidak, gurulah yang memegang kendali dalam pengajaran. Yang jelas, kita tidak boleh hanya menyalahkan pihak pemerintah (yang membuat kurikulum) saja tetapi akan lebih baik jika kita mengintrospeksi diri sendiri dan lebih menggali lagi potensi kita untuk mencari pendekatan yang lebih berhasil dalam mengajarkan Bahasa Inggris pada siswa di sekolah.

Kesimpulan dan Saran

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa masih banyak kendala yang harus dihadapi dalam upaya meningkatkan mutu hasil pengajaran Bahasa Inggris di sekolah. Untuk itu, penulis memiliki beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi para sesama pengajar Bahasa Inggris di Indonesia.

1. Selalu pertahankan kemampuan kita bercakap-cakap dalam Bahasa Inggris agar kelancaran berbahasa tetap terjaga. Hal ini perlu karena dapat memotivasi murid-murid kita untuk dapat berbicara dengan lancar. Mungkin sulit sekali jika kita tidak pernah bertemu dengan orang yang juga dapat berbahasa Inggris. Oleh karena itu, penulis memiliki usul agar para guru Bahasa Inggris ini memiliki semacam klub (conversation club) untuk ajang bertemu dan bertukar pikiran antar sesama guru Bahasa Inggris di wilayah yang sama. Dengan demikian, keahlian kita dalam menggunakan Bahasa Inggris akan selalu tetap terjaga.

2. Selalu menekankan fungsi dan aplikasi dari semua unsur tata bahasa yang kita terangkan kepada siswa. Pastikan bahwa siswa benar-benar mengerti kapan mereka harus menggunakan struktur tersebut.

3. Berikan tambahan kosa kata yang akan bermanfaat untuk percakapan sehari-hari pada siswa dan perkenalkan siswa dengan majalah-majalah remaja berbahasa Inggris agar mereka menjadi gemar membaca dan memperoleh banyak tambahan kosakata dari majalah tersebut. Dengan demikian, siswa akan percaya diri jika harus bergaul dengan remaja asing yang berbahasa Inggris.

4. Meskipun kita tidak memiliki kekuasaan untuk mengubah kurikulum, setidaknya pastikan bahwa pengulangan materi yang kita berikan merupakan pendalaman mengenai apa yang sudah dipelajari siswa dan bukan hanya mengulang tetapi tidak membuat siswa semakin
Sehingga disini diperlukan garis-garis besar program Pengajaran